TABIK PUN DESWITA WAY KALAM
Desa Way Kalam Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan Propinsi Lampung

Cara Efektif Mengelola Destinasi Wisata Berkelanjutan untuk Kurangi Dampak Negatif

 Strategi pengelolaan destinasi berkelanjutan sangat penting untuk mengurangi dampak negatif pariwisata. Tiga aspek utama yang sering menjadi fokus adalah pengelolaan sampah, efisiensi energi, dan mitigasi overtourism.

1. Pengelolaan Sampah (Waste Management) ♻️

Pengelolaan sampah yang efektif di destinasi wisata berfokus pada pendekatan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dan penerapan sistem tata kelola yang terintegrasi.

StrategiImplementasiDampak Positif
Menerapkan Kebijakan Zero WasteMelarang penggunaan plastik sekali pakai (sedotan, kantong, botol), khususnya di area wisata alam. Mendorong penggunaan botol minum isi ulang.Mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA dan mencegah polusi laut/tanah.
Sistem Pemilahan TerpusatMenyediakan tempat sampah terpilah (organik, anorganik, B3) di seluruh area destinasi, diikuti dengan jadwal pengangkutan dan pengolahan yang jelas.Memudahkan proses daur ulang dan pengolahan kompos dari sampah organik.
Pengolahan Sampah di SumberMendorong hotel, restoran, dan toko suvenir untuk mengelola sampah mereka sendiri (misalnya, membuat kompos dari sisa makanan).Mengurangi beban operasional pemerintah daerah dalam pengangkutan sampah.
Edukasi Wisatawan dan LokalKampanye dan penandaan informatif yang jelas tentang pentingnya membawa pulang sampah dan cara memilah sampah.Meningkatkan kesadaran dan partisipasi kolektif dalam menjaga kebersihan lingkungan.

2. Efisiensi Energi (Energy Efficiency) dan Air 💧💡

Destinasi berkelanjutan berupaya meminimalkan konsumsi sumber daya alam dan beralih ke sumber energi terbarukan.

StrategiImplementasiDampak Positif
Adopsi Energi TerbarukanMendorong pemasangan panel surya di hotel, vila, dan fasilitas umum wisata. Menggunakan penerangan jalan bertenaga surya.Mengurangi emisi karbon dan ketergantungan pada listrik dari bahan bakar fosil.
Konservasi Energi dan AirMenggunakan peralatan berlabel efisiensi energi (Energy Star), seperti AC, lampu LED, dan sensor gerak. Memasang keran hemat air dan sistem daur ulang air abu-abu (grey water).Mengurangi biaya operasional destinasi dan melestarikan cadangan air tanah lokal.
Transportasi Ramah LingkunganMendorong penggunaan transportasi umum, sepeda, atau kendaraan listrik (seperti skuter/bus listrik) di dalam kawasan wisata. Membuat zona bebas kendaraan bermotor.Mengurangi polusi udara dan kebisingan, serta meningkatkan kualitas pengalaman wisatawan.
Audit dan Sertifikasi HijauMewajibkan hotel dan penyedia jasa wisata untuk menjalani audit energi dan air, serta mendapatkan sertifikasi pariwisata berkelanjutan.Memastikan kepatuhan terhadap standar lingkungan secara berkala.

3. Mitigasi Overtourism (Pengelolaan Kunjungan Berlebih) 🧑‍🤝‍🧑

Overtourism terjadi ketika jumlah wisatawan melebihi kapasitas daya dukung fisik, ekologi, sosial, dan ekonomi suatu destinasi, yang menyebabkan degradasi lingkungan dan konflik dengan penduduk lokal.

StrategiImplementasiDampak Negatif yang Diminimalisir
Penentuan Batas Daya Dukung (Carrying Capacity)Melakukan studi ilmiah untuk menentukan jumlah maksimum pengunjung yang dapat diterima suatu situs (misalnya, pura, pantai, atau jalur pendakian) dan menerapkan sistem kuota.Degradasi fisik dan ekologi situs, seperti erosi atau kerusakan terumbu karang.
Sistem Pemesanan Waktu (Timed Entry)Menerapkan pemesanan tiket masuk dengan jadwal waktu tertentu, terutama di objek wisata yang sensitif atau populer.Konsentrasi pengunjung pada waktu yang sama, yang menyebabkan kepadatan dan antrean panjang.
Diversifikasi dan DesentralisasiMengembangkan destinasi wisata baru di luar area utama yang padat, dan mempromosikan pariwisata yang tersebar secara geografis.Ketergantungan ekonomi pada satu area dan kepadatan yang ekstrem di pusat-pusat wisata.
Struktur Harga yang DinamisMenerapkan tarif masuk yang lebih tinggi saat peak season (musim ramai) atau pada jam-jam sibuk (peak hours), dan memberikan diskon saat off-peak season.Ketidaknyamanan bagi penduduk lokal dan peningkatan harga sewa/properti di area wisata.
Pengembangan Pariwisata Minat KhususMendorong wisata edukasi, budaya, atau ekowisata yang memiliki daya tarik khusus, untuk menarik wisatawan yang mencari pengalaman berkualitas, bukan hanya kuantitas.Komersialisasi berlebihan dan hilangnya identitas budaya lokal.
Share on Google Plus

About Redaksi

Terimakasih atas kunjunganya diblog kami, bila ada pertanyaan seputar Deswita Way Kalam silahkan Hub kami di wa.me/6282279292579. Mari kita bersama-sama memajukan Kepariwisataan Lampung Selatan melalui Media Sosial - Salam Pesona Indonesia
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar