Perilaku mahasiswa pariwisata dalam menggunakan media sosial untuk mempromosikan destinasi wisata sangatlah strategis dan berbeda dari promosi konvensional. Sebagai bagian dari Generasi Z (Gen Z) dan calon profesional di industri wisata, mereka memanfaatkan media sosial sebagai alat utama untuk membangun narasi, kredibilitas, dan koneksi langsung.
Berikut adalah analisis perilaku mahasiswa pariwisata dalam promosi destinasi wisata menggunakan media sosial, yang terbagi dalam tiga aspek utama: Strategi Konten, Platform Pilihan, dan Tujuan Utama:
1. Strategi Konten: Mengutamakan Cerita dan Otentisitas
Mahasiswa pariwisata tidak hanya menjual tempat, tetapi menjual pengalaman di tempat tersebut.
Jual Pengalaman (Experience Selling): Mereka fokus pada konten yang mendokumentasikan kegiatan interaktif, seperti kuliner lokal otentik, interaksi dengan budaya, atau adventure mendebarkan (misalnya, river tubing di Way Kalam). Konten ini lebih menarik daripada sekadar foto pemandangan.
Storytelling Otentik: Konten mereka sering disajikan dalam format yang ringan, jujur, dan tidak berlebihan, mencerminkan pengalaman pribadi. Mereka menggunakan narasi "di balik layar" yang menunjukkan kesulitan perjalanan, tawa bersama warga lokal, atau proses belajar budaya. Otentisitas ini membangun kepercayaan (trust) di mata pengikut.
Konten Edu-taining: Mereka menyajikan informasi praktis (rute, biaya, jam buka, keunikan sejarah) dalam format yang menghibur. Misalnya, vlog singkat yang menjelaskan sejarah Candi Borobudur atau video tutorial packing hemat untuk trip singkat.
Visual Aesthetic dan Personal: Mahasiswa sangat peduli dengan kualitas visual. Mereka memastikan foto dan video memiliki angle yang unik, kualitas yang baik, dan selaras dengan personal branding mereka sendiri sebagai traveler atau influencer.
2. Pilihan Platform dan Pola Interaksi
Mahasiswa pariwisata secara dominan menggunakan platform yang mengutamakan visual dan interaksi cepat.
Platform Pilihan | Perilaku Penggunaan Mahasiswa Pariwisata |
Digunakan untuk membangun citra destinasi jangka panjang. Mereka mengunggah foto berkualitas tinggi, carousel edukatif, dan Instagram Stories yang mendokumentasikan perjalanan secara real-time (mirip live report). | |
TikTok/Reels | Digunakan untuk menciptakan viralitas dan awareness. Konten dibuat dalam format video singkat, fast-paced, menggunakan musik trending, dan seringkali berupa review jujur atau challenge unik terkait destinasi. |
YouTube | Digunakan untuk konten mendalam dan review. Mereka membuat vlog durasi panjang atau review detail tentang homestay, anggaran lengkap, dan panduan perjalanan (berperan sebagai subject matter expert). |
WhatsApp/Telegram | Digunakan untuk promosi hard-selling dan membangun komunitas perjalanan, menawarkan paket tur, atau mengumpulkan peserta untuk open trip. |
3. Tujuan Utama Promosi Mahasiswa
Perilaku promosi ini memiliki tujuan ganda, yaitu bagi destinasi dan bagi karier pribadi mahasiswa:
Meningkatkan Kunjungan Spesifik: Tujuan utama adalah mendorong pengikut (khususnya Gen Z lain) untuk berkunjung ke destinasi yang dipromosikan, terutama yang memiliki nilai tambah (misalnya, desa wisata yang butuh bantuan promosi).
Membangun Personal Branding (E-E-A-T): Mahasiswa pariwisata menggunakan promosi ini untuk membangun kredibilitas mereka di mata industri. Mereka ingin diakui sebagai Ahli, Berpengalaman, Berwibawa, dan Tepercaya (Expertise, Experience, Authoritativeness, and Trustworthiness, atau E-E-A-T). Ini adalah aset penting untuk karier mereka di masa depan sebagai pemandu, marketer wisata, atau entrepreneur.
Edukasi dan Advokasi Pariwisata Berkelanjutan: Sebagian mahasiswa menggunakan media sosial untuk mengadvokasi praktik pariwisata yang bertanggung jawab, seperti ekowisata, zero-waste traveling, atau mendukung ekonomi lokal, sehingga memengaruhi perilaku pengikut mereka.
Singkatnya, mahasiswa pariwisata adalah agen perubahan digital yang menggunakan media sosial bukan hanya sebagai papan iklan, tetapi sebagai alat penceritaan interaktif untuk memvalidasi dan mempromosikan destinasi secara efektif kepada audiens mereka.
0 komentar:
Posting Komentar